Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Bagaimana Teknik Penulisan Karya Ilmiah yang Baik dan Benar

operatorsmaqf.com - Teknik penyusunan penulisan karya tulis ilmiah sudah ada sejak dulu dan telah banyak disosialisasikan melalui seminar-seminar juga workshop. Teknik penyusunan karya ilmiah akan tetap relevan dan up to date dari masa ke masa, karena penulisan karya ilmiah dapat dimanfaatkan pada berbagai indikator kehidupan yang relevan dari waktu ke waktu.

Bagaimana Teknik Penulisan Karya Ilmiah yang Baik dan Benar

Bagaimana Teknik Penulisan Karya Ilmiah yang Baik dan Benar

Kata Ilmiah asal katanya adalah ilmu yang merupakan asal kata dari bahas Arab (alama, ya’lamu, ilman), yang pengertiannya adalah sebuah pengetahuan atau segala sesuatu yang bisa dipelajari. Proses mempelajari sesuatu biasanya berlaku secara bertahap, sehingga dalam sebuah karya tulis ilmiah, juga memiliki tahapan-tahapan penulisan, memiliki struktur penulisan yang biasanya dikenal dengan istilah metode penulisan dan sistimatika pembahasan.

 

Selanjutnya pengenalan berlanjut kepada karya ilmiah dalam hal skup atau batasan masalah. Karya tulis ilmiah, tidak semua hasil tulisan seseorang disebut karya tulis ilmiah. Sebagaimana disebutkan di atas, sebuah karya tulis memiliki ciri atau metrik, yaitu ada besaran atau standar yang memungkinkan untuk disebut sebagai ilmu, misalnya dari struktur bahasa (istilah) yang digunakan. menggunakan istilah-istilah ilmiah yang berkaitan dengan penelitian ilmiah seperti histogram, gambar,grafikk dan seterusnya.

 

Juga terkandung metode, seperti metode deduksi (metode pemaparan dengan mengemukakan pokok pikiran atau pokok penelitian atau rumusan masalah di awal penulisan) atau induksi (metode pemaparan dengan mengemukakan hasil pokok pikiran atau penyajian di akhir penelitian atau penulisan) atau hibrida deduktif-induktif (penyajian timbal balik gagasan utama dalam diskusi antar kalimat/bab, bergantian)

 

Menurut Wardhani, dkk. (2008) dalam metode mencakup 4 unsur yang harus dicantumkan : identifikasi sub-bagian, partisipan, instrumen dan prosedur penulisan. Sedangkan sistimatika pembahasan meliputi urut-urutan pembahasan yang dikemukakan, mulai dari judul, bab-bab, subbab-subbab, poin-poin subbab dan alinea-alinea atau paragraf-paragraf. Urut-urutan tersebut misalnya: dari judul, pendahuluan, tinjauan pustaka, isi (berisi hasil penelitian/survey) dan penutup (biasanya berisi kesimpulan dan saran), serta bagian yang terakhir daftar referensi.

 

Selain penggunaan istilah-istilah bahasa yang berkaitan dengan penelitian ilmiah, terdapat pula penggunaan berbagai bahasa yang baku baku. karena, seperti yang kita ketahui bersama, dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan alam, alam sebenarnya memiliki aturan atau regulasi yang telah dibakukan.

 

Bumi mengelilingi matahari dalam 1 tahun=12 bulan, berputar pada porosnya dalam 24 jam. Kecepatan gravitasi bumi rata-rata yakni 9,8 m/det2. Sebuah karya tulis ilmiah seharusnya juga memiliki ciri ilmiah berupa standar/baku, atau berwujud data-data teknis (penyajiannya bisa dengan grafik atau tabel data).

 

Dalam hal bahasa yang digunakan, misal : stomata (sistem pernafasan tumbuhan), kornea mata (bagian mata), vena (pembuluh balik). Dengan ragam bahasa yang baku/standar tersebut, dimaksudkan agar tidak timbul misperception yang terlalu jauh sehingga tujuan penulis dapat efektif tersampaikan kepada pembaca, mengefisienkan kalimat-kalimat dan memfokuskan gagasan yang diberikan, juga agar tidak terlalu panjang (atau terlalu lama dalam presentasi, yang membuat pembaca bosan atau jenuh).

 

Obyektivitas dalam tujuan penulisan karya tulis ilmiah salah satunya dicirikan dari pemakaian ragam kata yang imperson atau nonprivacy tersebut, maksudnya kata-kata yang tidak menyinggung orang per orang, bukan ditujukan untuk khusus pada seseorang sehingga diharapkan karya tulisan ilmiah tersebut obyektif, mengena pada sasaran. Hasil dalam kalimat berikut juga menegaskan (mendukung) hal ini.

 

Dengan kata lain, kata-kata yang dipakai bukan aku, dia, si Fulan, Fulanah dll. Penulis tidak bertindak sebagai orang yang terlibat langsung dalam hubungan kalimat. Kalimat yang dipakai adalah kalimat tidak langsung atau kutipan-kutipan yang diberi catatan kaki atau nama orang yang menjadi referensi misalkan : Wardhani, dkk (1990). Yang terakhir ini merupakan ciri yang mudah membedakan karya ilmiah dengan karya tulis biasa (misalnya: cerpen; esai).